basa basi

gerakan bisu

Minggu, 24 April 2011

sifat dasar akuntansi

SIFAT DASAR AKUNTANSI: BERBAGAI PANDANGAN

Akuntansi sebagai seni maupun sebagai aktivitas jasa dan secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi mencakup sekumpulan teknik yang dianggap bermanfat untuk suatu bidang tertentu. The Handbook of Accounting mengidentifikasi berbagai bidang yang memanfaatkan akuntansi yaitu: laporan keuangan, penentuan dan perencanaan pajak, audit independent, system-sistem pemrosesan data dan informasi, akuntansi biaya dan manajemen, akuntansi pendapatan nasional, dan konsultasi manajemen.

Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam

menguraikan perbedaan teori-teori akuntansi. Beberapa pandangan tersebut antara lain:

1. Akuntansi Sebagai Sebuah Ideologi

Akuntansi telah dipandang sebagai fenomena ideologis-sebagai sarana untuk mendukung
dan melegitimasi tatanan social, ekonomi, dan politik saat ini. Akuntansi juga dipandang
sebagai mitos, symbol, dan kegiatan ritual yang mengizinkan penciptaan suatu tatanan
simbolis yang di dalamnya agen-agen social dapat saling berinteraksi. Kedua pandangan
ini mewujud dalam pandangan umum bahwa akuntansi juga instrumen rasionalisasi
ekonomi dan alat system kapitalisme (Weber).

2. Akuntansi Sebagai Sebuah Bahasa
Pengakuan akuntansi sebagai bahasa yang didasarkan pada identifikasi adanya dua
komponen:
(a) Simbol-simbol atau karakteristik leksikal suatu bahasa adalah unit-unit yang
mengandung arti atau kata-kata yang dapat diidentifikasi dalam setiap bahasa dan

(b) Tata Bahasa suatu bahasa mengacu pada susunan sintaksis yang terdapat dalam setiap

bahasa. Dalam akuntansi, tata bahasa merujuk pada serangkaian prosedur umum yang

digunakan dan diikuti dalam penyusunan seluruh data keuangan untuk keperluan bisnis.

3. Akuntansi Sebagai Catatan Peristiwa Yang Lalu
Akuntansi dipandang sebagai sebuah cara penyajian sejarah perusahaan data transaksi
yang dilakukannya dengan pihak lain. Catatan akuntansi menyediakan
pertanggungjawaban manajer atas sumber-sumber daya yang disediakan pemilik.
Pengukuran konsep tanggungjawab telah dikembangkan dari waktu ke waktu. Periode
pure custodial dan traditional custodial mengacu pada kepentingan agen mengembalikan
sumber-sumber daya secara lengkap kepada principal yang menetapkan tugas-tugas
minimal dalam melaksanakan tugas-tugas minimal dalam melaksanakan fungsi
pemeliharaan. Periode asset-utilization mengacu pada kepentingan agen untuk
menetapkan inisiatif pemakaian asset secara mendalam agar sesuai dengan rencana yang

telah disepakati. Periode open-ended mengacu pada kemungkinan agen merencanakan
aliran pemanfaatan asset.

4. Akuntansi Sebagai Realita Ekonomi Saat Ini

Argumen yang mendasarinya adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba-rugi
seharusnya didasarkan pada taksiran yang menggambarkan realitas ekonomi daripada kos
histories.

5. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi

Akuntansi sebagai proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter
(biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal).
Pandangan ini memberikan manfaat yang penting baik secara konseptual maupun secara

empiris,
(1) pandangan ini mengasumsikan bahwa system akuntansi merupakan satu-satunya
system pengukuran formal dalam organisasi,
(2) pandangan ini memunculkan kemungkinan desain system akuntansi yang optimal
yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat.

6. Akuntansi Sebagai Sebagai Komoditas
Sebagai sebuah komoditas umum, akuntansi menjadi dasar ideal untuk pengaturan yang
berdampak terhadap kebijakan umum dan memantau seluruh bentuk perjanjian
antarorganisasi dengan lingkungannya

SIFAT DASAR AKUNTANSI

Komite Terminologi AICPA (The Committee on Terminology of the American Institute of Certified Public Accountants) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:

Akutansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan menginterprestasian hasil proses tersebut.

Pada perkembangan saat ini, akuntansi didefinisikan dengan mengacu pada konsep informasi:

Akutansi adalah aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomik yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomik, dalam membuat pilihan diantara alternatif tindakan yang ada.

Para akuntan memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang proses akuntansi dalam menguraikan perbedaan teori-teori. Pandangan-pandangan tersebut adalah akuntansi sebagai bahasa, akuntansi sebagai catatan peristiwa yang lalu, akuntansi sebagai realitas ekonomi saat ini, akuntansi sebagai sistem informasi, akuntansi sebagai komoditas, dan akhirnya, akuntansi sebagai sebuah ideology.

Akuntansi sebagai sebuah ideologi

Akuntansi telah dipandang sebagai fenomena ideologi sarana untuk mendukung dan melegitimasi tatanan sosial, ekonomi dan politik saat ini. Karl Marx menegaskan bahwa akuntansi melakukan suatu bentuk dan hubungan-hubungan sosial yang membentuk usaha produktif. Akuntansi juga dipandang sebagai mitos symbol, dan kegiatan ritual yang mengizinkan penciptaan suatu tatanan simbolis yang didalamnya agen-agen sosial dapat saling berinteraksi. Kedua persepsi tersebut juga mewujudkan dalam pandangan umum merupakan bahwa akuntansi juga instrument rasionalisasi ekonomi dan alat sistem kapitalisme.

Persepsi bahwa akuntansi merupakan sebuah instrument rasionalisasi ekonomi ditunjukkan dengan sangat baik oleh Weber, yang mendefinisikan tindakan rasionalisasi ekonomi sebagai “perluasan penghitungan kuntitatif atau akuntansi yang secara teknis dapat dilakukan dan secara nyata dapat diaplikasikan.” Hal yang sama ditekankan pula oleh Heilbroner yang menyatakan bahwa:

Praktik yang kapitalis mengubah satuan uang ke dalam satuan alat penghitung cost-profit yang rasional, dimana karya besarnya adalah pembukuan berpasangan … yang terutama merupakan produk evolusi rasionalisasi ekonomi, perhitungan cost-profit, sebagai reaksi terhadap rasionalisasi tersebut, dengan merealiasikan dan mendefinisikan dan secara numeric, praktik ini sangat mendukung logika perusahaan.

Akutansi Sebagai Sebuah Bahasa

Akutansi telah dipandang sebagai bahasa bisnis. Akuntansi merupakan suatu cara pengkomunikasian informasi tetnang bisnis.

Apa yang membuat akuntansi menjadi sebuah bahasa ? untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat kesejahteraan potensial antara akuntansi dan bahasa. Hawes mendefinisikan bahasa sebagai berikut:

Simbol-simbol manusia bukan merupakan tanda-tanda yang disusun secara acak, yang mengarahkan pada konseptualisasi rujukan yang bersifat tertutup dan rahasia. Sebaliknya, symbol-simbol manusia disusun secara yang sistematis dan berpola dengan aturan-aturan khusus yang mengarahkan penggunaannya. Susunan symbol ini disebut bahasa, dan aturan yang mempengaruhi pola dan penggunaan symbol tersebut dinyatakan sebagai tata bahasa.

Jadi, pengakuan akutansi sebagai bahasa yang didasarkan pada identifikasi adanya dua komponen tersebut, sebagai dua tingkatan akutansi. Penjelasannya sebagai berikut:

1. Simbol-simbol atau karakteristik leksikal suatu bahasa adalah unit-unit yang mengandung arti atau kata-kata yang dapat diidentifikasi dalam setiap bahasa.
2. Tata bahasa suatu bahasa mengacu pada susunan sintaksis yang terdapat dalam setiap bahasa. Dalam akuntansi, tata bahasa merujuk pada serangkaian prosedur umum yang digunakan dan diikuti dalam penyusunan seluruh data keuangan untuk keperluan bisnis. Jadi menetapkan hubungan antara tata bahasa dengan aturan akuntansi dalam pernyataan berikut ini:

Penyandang gelar CPA (pakar dalam bidang akuntansi) mengesahkan ketetapan penerapan aturan akuntansi sama seperti seorang pembicara suatu bahasa mengesahkan ketetapan tata bahasa suatu kalimat. Aturan akuntansi memformalisasikan struktur yang melekat pada suatu bahasa alamiah.

Akutansi Sebagai Catatan Peristiwa yang Lalu

Umumnya akutansi dipandang sebuah cara penyajian sejarah perusahaan dan transaksi yang dilakukannya dengan pihak lain.

Konsep pertanggung jawaban pada dasarnya merupakan ciri hubungan principal (pemilik) dengan agen (manajer). Pengukuran konsep pertanggung jawaban telah dikembangkan dari waktu ke waktu. Bimberg membedakannya dalam empat periode:

1. Periode pure custodial
2. Periode traditional custodial
3. Periode aset-utilization
4. Periode open-ended

Dua periode pertama mengacu pada kepentingan agen untuk mengembalikan sumber-sumber daya secara lengkap kepada principal dengan menetapkan tugas-tugas minimal dalam melaksanakan fungsi pemeliharaan (custodial).

Periode ke tiga mengacu pada kepentingan agen untuk menetapkan inisiatif pemakaian aset secara mendalam agar sesuai dengan rencana yang telah disepakati.

Terakhir, periode open-ended berbeda dengan periode aset-utilization dalam hal penetapan pemanfaatan aset yang lebih fleksibel dan memungkinkan agen untuk merencanakan aliran pemanfaatan aset. Bimberg menguraikan konsep terakhir tersebut dalam uraian sebagai berikut:

Konsep ini tidak menyangkut petunjuk awal, namun juga memastikan kapan batas waktu sejumlah petunjuk harus diubah. Sama halnya dengan pengendalian strategis, fungsi pertanggung jawaban mensyaratkan adanya asumsi tingkat pertanggungjawaban yang signifikan, yang harus dimiliki oleh manajer. Tekanan kerja mungkin disebabkan oleh adanya kesenjangan struktur dan adanya ketidakpastian dengan jumlah yang signifikan. Petunjuk-petunjuk ini yang mungkin menyebabkan sistem pelaporan pada pemilik perusahaan akan menemui hambatan dalam komunikasi. Di satu sisi adanya kebutuhan pelaporan secara terperinci, disisi lain adanya resiko pelaporan yang terlalu banyak dan kompleks.

Akutansi Sebagai Realitas Ekonomi Saat ini

Akutansi juga dipandang sebagai cara untuk menggambarkan realitas ekonomi saat ini. Argumen utama yang mendukung pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba-rugi seharusnya didasarkan pada taksiran yang menggambarkan realitas ekonomi saat ini daripada kos histories.

Tujuan utama dari pandangan akuntansi ini adalah penetapan pendapatan sesungguhnya (true income), suatu konsep yang menunjukkan perubahan kesejahteraan perusahaan dari suatu periode ke periode selanjutnya.

Akuntansi Sebagai Suatu Sistem Informasi

Akutansi selalu dipandang sebagai suatu sistem informasi. Pandangan ini mengasumsikan akutansi sebagai suatu proses yang menghubungkan sumber informasi atau transmitter (biasanya akuntan), saluran komunikasi, dan sekumpulan penerima (pengguna eksternal). Dengan menggunakan istilah dalam proses komunikasi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai “proses menyendikan sejumlah observasi ke dalam bahasa sistem akuntansi, memanimpulasi sinyal sistem pelaporan, dan mengawasandikan (decoding) serta mentransmisikan hasilnya.” Pandangan tentang akuntansi ini memberikan manfaat yang penting baik secara konseptual maupun secara empiris. Pertama, pandangan ini mengasumsikan bahwa sistem akuntansi merupakan satu-satunya sistem pengukuran formal dalam organisasi. Kedua, pandangan ini memunculkan kemungkinan disain sistem akuntansi yang optimal, yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan informasi yang bermanfaat (bagi pengguna). Perilaku pengirim (sender) merupakan hal yang penting baik dalam reaksi terhadap informasi yang disajikan maupun dalam pemanfaatan informasi yang dibuat. Kedua perilaku ini merupakan subjek penelitian empiris dalam bidang akuntansi keperilakuan. Keunggulan pandangan akuntansi sebagai suatu sistem informasi dinyatakan sebagai berikut:

Sistem-sistem akutansi alternatif tidak membutuhkan pertimbangan yang lebih lama lagi dalam menilai kemampuannya untuk menghasilkan “true income” atau dalam hal kewajaran dari penyajian dalam histories. Sepanjang setiap pengguna yang berbeda dapat menemukan informasi

Tujuan Akuntansi Keuangan

Pertanggungjawaban

Konsep pertanggungjawaban (stewardship) telah mendominasi laporan keuangan selama bertahun-tahun. Dipandang dari perspektif ini, manajer merupakan penanggung jawab atas penjagaan aktiva, peningkatan kekayaan ekuitas investor dan perlindungan trhadap kreditor. Stewardship merupakan konsep masa lalu, yang menggunakan neraca dan laporan laba rugi dengan tujuan mengevaluasi sejauh mana efektivitas manajer sebagai penanggung jawab modal yang telah di investasikan. Meskipun stewardship tetap menjadi dimensi penting dalam dalam akuntasi keuangan terutama terkait dengan perjanjian seperti penentuan bonus manajer serta penyisihan atas perjanjian utang, tingkat kepentingannya telah berkurang.

Informasi Untuk Pengambilan Keputusan

Perubahan dalam akuntansi menjadi perspektif informasi (information perspective) praktis menekankan informasi yang relevan untuk keputusan usaha dan lebih menekankan standar akuntansi sebagi alat prediksi dan kegunaannya dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan alat pengukur tanggung jawab dan kinerja. Ide untuk menyajikan informasi pada pemakai dan membiarkan pemakai menilai dampaknya telah mengubah penetapan standar dari pengukuran dampak transaksi pada laporan keuangan (pengukuran) menjadi pelaporan informasi yang berguna pada catatan atas laporan keuangan (pengungkapan). Perspektif informasi memiliki implikasi utama terhadap analisis keuangan. Pertama, penekanan pada keputusan investasi meningkatkan kegunaan laporan keuangan untuk analisis keuangan. Kedua, perubahan dan pengukuran menjadi pengungkapan meningkatkan baik kebutuhan maupun cakupan keahlian analisis akuntansi bagi para pemakai laporan keuangan.

Sabtu, 16 April 2011

konsep laba dalam laporan keuangan

Konsep laba dalam pelaporan keuangan

Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dati ikhtisar keuangan yang memiliki berbagai kegunaan.

Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut dengan laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Sedangkan earning adalah laba yang diakumulasikan selama beberapa periode atau kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu perusahaan yang disebabkan karena aktivitas operasi maupun aktivitas di luar usaha selama periode tertentu. Earning merupakan konsep yang paling sempit sedang comprehensive income merupakan konsep paling luas (Muqodim, 2005:110).

Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen pokok seperti laba kotor , laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak (Muqodim, 2005:131). Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No. 1 dalam Belkaoui (2000:332) mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa depan. Penulis lain mengasumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara yang biasa untuk model-model keputusan dari investor dan kreditor.

Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai (Suwardjono, 2005: 456) :

1) Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested capital).

2) Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemcn.

3) Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

4) Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.

5) Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public.

6) Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.

7) Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

8) Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.

9) Dasar pembagian dividen.

Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba. Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim (2005 : 114) adalah:

ü Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi.

ü Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.

ü Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi memenuhi dasar konservatisme.

ü Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan pertanggungjawaban manajemen.